Senin, 21 November 2016

Cerpen

KUNANG-KUNANG KENANGAN


            Mungkin rembulan masih mengantuk, atau bahkan malu sehingga malam ini sembunyi dibalik awan yang tergerak oleh angin dingin. Malam ini sungguh mendung. Bintang hilang, bulan bersembunyi tak bersahabat. Suara rintik hujan semakin deras. Malam yang basah.
            Terlihat dalam bayangan lampu remang, seorang gadis duduk termenung dibawah cahaya lampu. Ia mondar mandir mengikuti jalur lantai. Risa, nama yang cukup tenar dilingkup rumahnya ataupun dilingkungannya. Kamera yang menyorot kehidupan Risa mendefinisikan dia anak yang baik hati dan ering menyendiri. Namun jika diajak bicara yang menarik, ia sangat cerewet.
“Risa mau kemana?” saut Levi mencegah melangkah
“Ke mini market, mau nitip apa kak?” saut Risa
“Air Mineral dan roti saja ya” saut balas Levi lagi.
            Hujan reda seketika. Risa melipat payung yang ia pakai tadi. Ditengah perjalanan, mata Risa buram-buram dan segera ia usapkan matanya dengan jari manisnya. Setelah matanya kembali jelas, tiba-tiba ia melihat  ada yang kerlap-kerlip berwarna kuning keemasan. Binatang itu mendekati Risa.
“Kunang-kunang! Astagfirullah ibuuuuuuuuuuuuu” spontan Risa teriak.
Risa memang takut dengan kunang-kunang. Neneknya pernah bercerita kepada Risa tentang mitos kunang-kunang. Saat ia melihat kunang-kunang, spontan ia teriak entah itu mau dimana. Ibunya berusaha menceritakan ulang tentang mitos itu tidak benar. Tetapi Risa masih saja percaya dengan cerita neneknya yang sudah meninggal.
Cerita mitosnya itu adalah jika seseorang dihampiri kunang-kunang pada malam hari setelah hujan turun, mitosnya akan ada berita sedih datang dari keluarganya itu. Lantas Risa selalu mengingat cerita dari neneknya itu. Neneknya meninggal satu tahun yang lalu, pas hari dimana hari ini genap satu tahun. Bibi dari Risa malamnya itu dihampiri oleh kunang-kunang setelah hujan. Ketika Bibi pulang ke rumah nenek, penyakit jantung nenek tiba-tiba kambuh. Semua orang yang ada dirumah panik. Risa mencoba menelepon rumah sakit tetapi jaringan lagi gangguan. Ricuh lah semua dirumah itu. Kurang dari 10 menit, jantung nenek tak berdetak lagi, nafas pun berhenti. Innalillahi nenek sudah berpulang kerumah-Nya. Kisah tangis semuanya pun tak terbendung. Entah itu hanya kebetulan atau tidak, yang pastinya Risa percaya cerita yang pernah neneknya ceritakan itu kepadanya. Dari itulah Risa mulai takut dengan binatang kerlap-kerlip. Padahal sebelum nenek menceritakan mitos itu, ia sangat suka sekali kalau melihat binatang itu. Sampai-sampai ia melompat dan berlari menyanyi menangkap binatang itu. Tidak takut gelap malam, yang terpenting ia ingin bermain dengan binatang itu. Lagunya biasa ia nyanyikan gembira.
(1)
Kunang-kunang, hendak ke mana
Kelap-kelip indah sekali
Gemerlap, bersinar
seperti bintang di malam hari
(2)
Kunang-kunang, terbang ke sini
Ke tempatku singgah dahulu
Kemari, kemari
Hinggaplah di telapak tanganku
Ibunya tersenyum poles melihat Risa sangat gembira ketika ketemu kunang-kunang. Tetapi kini, semua telah berubah sehabis neneknya meninggal dunia. Risa sangat menyayangi neneknya layaknya ia menyayangi ibunya. Ibunya berusaha membuat Risa agar tidak takut dengan kunang-kunang dan menyanyi lagi ketika melihat kunang-kunang. Ibunya sangat merindukan nyanyian lagu itu.Menurut ibunya, berbeda pendapat dengan neneknya bahwa kalau ada kunang-kunang yang datang menghampiri kita setelah hujan turun itu membawa keindahan. Karena kunang-kunang kan berkelip-kelip pada malam hari yang gelap. Binatang itu menyinari malam yang gelap. Suatu ketika Risa bertanya kepada ibunya.
“ibu, hmm mengapa ibu tidak takut dengan binatang itu? Padahal kan nenek udah bilang ke Risa kalau binatang itu membawa kesialan. Contohnya saja nenek kita bu” ucap Risa.
“Risaa anak ibu yang cantik, untuk apa kita takut pada binatang yang indah itu? Ibu malah suka melihat binatang itu. Dulukan Risa juga suka melihat kunang-kunang. Suttt, nenek kita meninggal bukan karena kunang-kunang Risa. Nenek kita meninggal itu karena yang Maha Kuasa lebih sayang kepada nenek. Risa harus berani ya dengan kunang-kunang kini!” ucap ibu menjelaskan kepada Risa.
“Tapi kan bu......” balas Risa
“Tapi apa lagi hayo? Udah tidur gih, udah malam ini.” Ucap ibu .
“baiklah bu selamat malam ibu” Risa tersenyum.
            Matahari terbit dari ufuk timur, minggu pagi cerah. Risa bangun  dengan mata yang sipit. Ia ingat malam tadi ia bermimpi. Ia bermimpi kalau ia bertemu dengan kunang-kunang itu lagi dan akhir mimpinya itu ibunya meninggal dunia. Risa takut mimpinya itu kalau memang benar-benar akan terjadi. Ia tidak mau ibunya pergi begitu cepat. Ia tidak mau terulang seperti neneknya kemaren. Ia sangat menyayangi ibunya. Tidak ada yang berharga dibandingkan ibunya. Risa menulis di diarynya kejadian di mimpi semalam. Ia menulis mengeluarkan air mata. Ia tidak sanggup jika mimpi itu benar-benar terjadi. Tetes demi tetes air mata terlukis di kertas diarynya, ibunya mengetuk pintu kamar
“Risa bangun nak bangun” ibu membangunkan Risa
“iya bu Risa udah bangun” saut Risa dari dalam kamar.
            Segara Risa membereskan tempat tidurnya dan mencuci muka. Seketika saat ia menggosok gigi, sikat giginya jatuh ke lantai dan ia terlintas semua memori yang telah ia lewati hari-hari dengan ibunya. Seperti layaknya petir yg begitu cepat. Langsung Risa takut dan kaget. Merinding dan bingung Risa atas kejadian itu. Entah apa maksudnya itu ia tak mengerti.
“lama sekali nggosok giginya sa” ujar ibu
“hmm iyaa bu ini sudah selesai” balas Risa
“kalau sudah selesai, sini bantu ibu mengupas wortel” ujar  ibu lagi
“oke bu” dengan suara gembira ingin mengupas wortel
            Risa sangat suka menguas wortel. Menurut ia, mengupas wortel itu layaknya seperti koki handal. Ibu yang memang sudah tau kesukaan unik Risa itu. Sengaja wortel yang ibu beli tidak dikupas olehnya dan ibu selalu menyuruh Risa mengupasnya. Memang Risa anak yang rajin dan tidak mau melihat ibunya kecapekan. Ia anak yang baik hati.
            Ketika Risa sedang mengupas wortel, tiba-tiba ibu berkata yang jarang ia katakan
“Sa kamu harus tidak boleh takut dengan kunang-kunang ya. Ibu rindu saat Risa bernyanyi gembira lagu kunang-kunangku” ujar Ibu
“loh bu kenapa tiba-tiba ibu membahas ini?” Risa bingung
“loh emangnya kenapa sa?” kata ibu
“gak ada apa-apa sih bu, Cuma Risa bingung saja hehehe” Risa sambil menampakkan gigi kelincinya
“gak boleh takut lagi ya sa J” senyum manis lesung pipi ibu berkata
“emang kenapa bu?” balas Risa
“kalau ibu misalnya udah tidak ada lagi nanti pas pula ada kunang-kunang yang datang Risa jangan percaya mitos itu ya. Kan udah ibu bilang kalau seseorang yang meninggal itu bukan karena mitos sa, tapi karena apa?”
“karena takdir Tuhan kan bu?” Risa menjawab
“yap benar sa. Udah gak boleh takut kunang-kunang lagi ya anak ibu yang cantik” ujar ibu
“hihihi insyaallah ya bu” canda Risa
            Risa melanjutkan mengupas wortelnya dan ibu pamit kepadanya untuk pergi ke pasar. Sesampainya di pasar, ibu membeli semua kebutuhan yang telah direncanakan dirumah tadi. Ketika ibu sedang membeli kentang, tiba-tiba kepala ibu pusing dan langsung pingsan di depan lapak jual orang dipasar itu. Langsung saja semua orang terpaku pada ibunya Risa yang pingan itu. Rupanya ada tetangga Risa yang melihat ibunya pingsan di pasar itu. Mereka membawa ibu Risa ke rumah sakit terdekat. Rumah sakit terdekat dipasar itu kira-kira sejauh 5 km. Ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit didalam ambulan, telepon genggam ibu berdering. Tetapi semua orang yang ada diambulan itu tidak mendengar. Padahal yang menelpon itu Risa. Seperti yang dikatakan orang banyak, anak dan ibu itu memiliki ikatan batin yang sangat kuat. Sama seperti Risa dan ibunya. Risa gelisah dirumah dan ia memutuskan untuk menelpon ibunya.
            Sesampai di rumah sakit, masuklah ke ruang IGD. Detak jantung ibunya Risa sangat lemah. Tetangganya tadi mengabari kepada Risa bahwa ibunya pingsan tiba-tiba di pasar tadi. Bergegaslah Risa menuju ke rumah sakit. Dengan rasa cemas dan sedih Risa bingung mau pergi menggunakan kendaraan apa. Motor tadi dipakai ibu untuk pergi kepasar. Akhirnya Risa memutuskan untuk meminjam motor tetangganya. Dengan kecepatan badai sampailah Risa di rumah sakit. Berlari badai lagi Risa ke ruang IGD. Ketika sampai di ruang IGD, Risa duduk disamping ibunya dan menggenggam erat tangan ibunya.
“ibuuu sadar bu” ucap Risa sambil menangis sendiri
“dokter ibu saya kenapa?” Risa mencoba menanya kepada pak dokter
“Risa detak jantung ibu sangat lemah sekali. Ada syarat yang harus dipersetujui untuk mengembalikan detak jantung ibu Risa normal kembali. Apakah ada ayah Risa datang kemari?” ujar pak dokter
“lakukan saja pak dokter. Ayah Risa lagi menuju kesini pak” air mata Risa keluar
            Risa tidak mau kejadian itu terulang kembali. Ia tidak mau kehilangan orang yang sangat amat ia sayang. Ketika ayahnya menuju rumah sakit, dekat jantung ibu sangat drastis menurun lagi. Tutur doa selalu Risa ucapkan dan air mata yang tak terbendung keluar dari mata manisnya itu.
“ibuuuuuuuuuuuuuuuuu Risa sayang ibu. Risa tidak mau kehilangan ibu. Siapa yang mengurus Risa nanti buuu. Risa mohon sadarlah wahai bidadari cantikku” teriak Risa
“Risa cepat telepon ayahmu supaya cepat datang. Agar kita bisa lebih cepat bertindak” ucap pak dokter
            Belum sampai ayah Risa di rumah sakit, Ibu Risa menghembuskan nafas terakhirnya dan genggaman tangan halus Risa. Teriak tangis Risa menggelegar di ruang itu. Air mata yang tak terbendung. Semua orang menangis. Ibunya yang dikenal baik hati, cantik, ramah dan sangat taat kepada agama membuat ia dikenal banyak kalangan. Risa sangat menyesal. Tidak tau apa yang ia sesalkan.
“innalillahiwainnailairojiun Ibuuuuuuuuuuu! Risa sayang ibu, Risa tidak takut dengan kunang-kunang lagi bu Risa janji buuu. Sadarlah lagi bu kumohon yaTuhan. Risa tidak mau jauh dari ibu. Siapa yang membuat Risa tertawa lagi” tangisan yang sangat besar oleh Risa
“sudah Risa sabar semua itu adalah takdir. Kita tidak bisa menghentikan takdir. Doakan ibumu semoga amal ibadahnya diterima dan ditempatkan disisi-Nya yang terbaik” ucap pak dokter
Tak henti Risa menangis di rumah sakit sampai ayahnya sampai di rumah sakit. Rupanya tadi ayahnya terkena macet di perjalanan. Ayahnya sangat menyesal sekali. Ia meminta maaf kepada Risa yang sedang menangis. Memang malam harinya kemaren, Risa terulang dihampiri kunang-kunang kembali. Tetapi Risa selalu teringat kata ibu kemaren jangan pernah takut dengan kunang-kunang hewan kecil cantik itu. Dan Risa berhasil tidak takut dengan binatang itu.
*
            Setelah pulang dari penguburan ibunya, Risa mengambil diary kesayangannya dan ia menulis ‘dear ibu, bu Risa harap ibu selalu disamping Risa. i love u bu. Risa tak akan pernah melupakan ibu. Tiap detik Risa pasti mengingat ibu. Risa berjanji akan membanggakan ibu. Risa sekarang sadar kalau kunang-kunang itu memang mitos bu. Kunang-kunang itu menghampiri Risa’. Dari itulah Risa belajar bahwa semua yang terjadi itu adalah takdir yang Maha Kuasa.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar