KUNANG-KUNANG
KENANGAN
Mungkin rembulan masih mengantuk,
atau bahkan malu sehingga malam ini sembunyi dibalik awan yang tergerak oleh
angin dingin. Malam ini sungguh mendung. Bintang hilang, bulan bersembunyi tak
bersahabat. Suara rintik hujan semakin deras. Malam yang basah.
Terlihat
dalam bayangan lampu remang, seorang gadis duduk termenung dibawah cahaya
lampu. Ia mondar mandir mengikuti jalur lantai. Risa, nama yang cukup tenar
dilingkup rumahnya ataupun dilingkungannya. Kamera yang menyorot kehidupan Risa
mendefinisikan dia anak yang baik hati dan ering menyendiri. Namun jika diajak
bicara yang menarik, ia sangat cerewet.
“Risa mau
kemana?” saut Levi mencegah melangkah
“Ke mini market,
mau nitip apa kak?” saut Risa
“Air Mineral dan
roti saja ya” saut balas Levi lagi.
Hujan reda seketika. Risa melipat
payung yang ia pakai tadi. Ditengah perjalanan, mata Risa buram-buram dan
segera ia usapkan matanya dengan jari manisnya. Setelah matanya kembali jelas,
tiba-tiba ia melihat ada yang kerlap-kerlip
berwarna kuning keemasan. Binatang itu mendekati Risa.
“Kunang-kunang!
Astagfirullah ibuuuuuuuuuuuuu” spontan Risa teriak.
Risa
memang takut dengan kunang-kunang. Neneknya pernah bercerita kepada Risa
tentang mitos kunang-kunang. Saat ia melihat kunang-kunang, spontan ia teriak
entah itu mau dimana. Ibunya berusaha menceritakan ulang tentang mitos itu
tidak benar. Tetapi Risa masih saja percaya dengan cerita neneknya yang sudah
meninggal.
Cerita
mitosnya itu adalah jika seseorang dihampiri kunang-kunang pada malam hari
setelah hujan turun, mitosnya akan ada berita sedih datang dari keluarganya
itu. Lantas Risa selalu mengingat cerita dari neneknya itu. Neneknya meninggal
satu tahun yang lalu, pas hari dimana hari ini genap satu tahun. Bibi dari Risa
malamnya itu dihampiri oleh kunang-kunang setelah hujan. Ketika Bibi pulang ke
rumah nenek, penyakit jantung nenek tiba-tiba kambuh. Semua orang yang ada
dirumah panik. Risa mencoba menelepon rumah sakit tetapi jaringan lagi
gangguan. Ricuh lah semua dirumah itu. Kurang dari 10 menit, jantung nenek tak
berdetak lagi, nafas pun berhenti. Innalillahi nenek sudah berpulang
kerumah-Nya. Kisah tangis semuanya pun tak terbendung. Entah itu hanya
kebetulan atau tidak, yang pastinya Risa percaya cerita yang pernah neneknya
ceritakan itu kepadanya. Dari itulah Risa mulai takut dengan binatang
kerlap-kerlip. Padahal sebelum nenek menceritakan mitos itu, ia sangat suka
sekali kalau melihat binatang itu. Sampai-sampai ia melompat dan berlari
menyanyi menangkap binatang itu. Tidak takut gelap malam, yang terpenting ia
ingin bermain dengan binatang itu. Lagunya biasa ia nyanyikan gembira.
(1)
Kunang-kunang, hendak ke mana
Kelap-kelip indah sekali
Gemerlap, bersinar
seperti bintang di malam hari
Kunang-kunang, hendak ke mana
Kelap-kelip indah sekali
Gemerlap, bersinar
seperti bintang di malam hari
(2)
Kunang-kunang, terbang ke sini
Ke tempatku singgah dahulu
Kemari, kemari
Hinggaplah di telapak tanganku
Kunang-kunang, terbang ke sini
Ke tempatku singgah dahulu
Kemari, kemari
Hinggaplah di telapak tanganku
Ibunya tersenyum
poles melihat Risa sangat gembira ketika ketemu kunang-kunang. Tetapi kini,
semua telah berubah sehabis neneknya meninggal dunia. Risa sangat menyayangi
neneknya layaknya ia menyayangi ibunya. Ibunya berusaha membuat Risa agar tidak
takut dengan kunang-kunang dan menyanyi lagi ketika melihat kunang-kunang.
Ibunya sangat merindukan nyanyian lagu itu.Menurut ibunya, berbeda pendapat
dengan neneknya bahwa kalau ada kunang-kunang yang datang menghampiri kita
setelah hujan turun itu membawa keindahan. Karena kunang-kunang kan
berkelip-kelip pada malam hari yang gelap. Binatang itu menyinari malam yang
gelap. Suatu ketika Risa bertanya kepada ibunya.
“ibu, hmm mengapa ibu tidak takut
dengan binatang itu? Padahal kan nenek udah bilang ke Risa kalau binatang itu
membawa kesialan. Contohnya saja nenek kita bu” ucap Risa.
“Risaa anak ibu yang cantik, untuk
apa kita takut pada binatang yang indah itu? Ibu malah suka melihat binatang
itu. Dulukan Risa juga suka melihat kunang-kunang. Suttt, nenek kita meninggal
bukan karena kunang-kunang Risa. Nenek kita meninggal itu karena yang Maha
Kuasa lebih sayang kepada nenek. Risa harus berani ya dengan kunang-kunang
kini!” ucap ibu menjelaskan kepada Risa.
“Tapi kan bu......” balas Risa
“Tapi apa lagi hayo? Udah tidur gih,
udah malam ini.” Ucap ibu .
“baiklah bu selamat malam ibu” Risa
tersenyum.
Matahari
terbit dari ufuk timur, minggu pagi cerah. Risa bangun dengan mata yang sipit. Ia ingat malam tadi
ia bermimpi. Ia bermimpi kalau ia bertemu dengan kunang-kunang itu lagi dan
akhir mimpinya itu ibunya meninggal dunia. Risa takut mimpinya itu kalau memang
benar-benar akan terjadi. Ia tidak mau ibunya pergi begitu cepat. Ia tidak mau
terulang seperti neneknya kemaren. Ia sangat menyayangi ibunya. Tidak ada yang
berharga dibandingkan ibunya. Risa menulis di diarynya kejadian di mimpi
semalam. Ia menulis mengeluarkan air mata. Ia tidak sanggup jika mimpi itu
benar-benar terjadi. Tetes demi tetes air mata terlukis di kertas diarynya,
ibunya mengetuk pintu kamar
“Risa bangun nak bangun” ibu
membangunkan Risa
“iya bu Risa udah bangun” saut Risa
dari dalam kamar.
Segara
Risa membereskan tempat tidurnya dan mencuci muka. Seketika saat ia menggosok
gigi, sikat giginya jatuh ke lantai dan ia terlintas semua memori yang telah ia
lewati hari-hari dengan ibunya. Seperti layaknya petir yg begitu cepat.
Langsung Risa takut dan kaget. Merinding dan bingung Risa atas kejadian itu. Entah
apa maksudnya itu ia tak mengerti.
“lama sekali nggosok giginya sa” ujar
ibu
“hmm iyaa bu ini sudah selesai” balas
Risa
“kalau sudah selesai, sini bantu ibu
mengupas wortel” ujar ibu lagi
“oke bu” dengan suara gembira ingin mengupas
wortel
Risa
sangat suka menguas wortel. Menurut ia, mengupas wortel itu layaknya seperti
koki handal. Ibu yang memang sudah tau kesukaan unik Risa itu. Sengaja wortel
yang ibu beli tidak dikupas olehnya dan ibu selalu menyuruh Risa mengupasnya.
Memang Risa anak yang rajin dan tidak mau melihat ibunya kecapekan. Ia anak
yang baik hati.
Ketika
Risa sedang mengupas wortel, tiba-tiba ibu berkata yang jarang ia katakan
“Sa kamu harus tidak boleh takut
dengan kunang-kunang ya. Ibu rindu saat Risa bernyanyi gembira lagu
kunang-kunangku” ujar Ibu
“loh bu kenapa tiba-tiba ibu membahas
ini?” Risa bingung
“loh emangnya kenapa sa?” kata ibu
“gak ada apa-apa sih bu, Cuma Risa
bingung saja hehehe” Risa sambil menampakkan gigi kelincinya
“gak boleh takut lagi ya sa J” senyum manis lesung pipi ibu berkata
“emang kenapa bu?” balas Risa
“kalau ibu misalnya udah tidak ada
lagi nanti pas pula ada kunang-kunang yang datang Risa jangan percaya mitos itu
ya. Kan udah ibu bilang kalau seseorang yang meninggal itu bukan karena mitos
sa, tapi karena apa?”
“karena takdir Tuhan kan bu?” Risa
menjawab
“yap benar sa. Udah gak boleh takut
kunang-kunang lagi ya anak ibu yang cantik” ujar ibu
“hihihi insyaallah ya bu” canda Risa
Risa
melanjutkan mengupas wortelnya dan ibu pamit kepadanya untuk pergi ke pasar.
Sesampainya di pasar, ibu membeli semua kebutuhan yang telah direncanakan
dirumah tadi. Ketika ibu sedang membeli kentang, tiba-tiba kepala ibu pusing
dan langsung pingsan di depan lapak jual orang dipasar itu. Langsung saja semua
orang terpaku pada ibunya Risa yang pingan itu. Rupanya ada tetangga Risa yang
melihat ibunya pingsan di pasar itu. Mereka membawa ibu Risa ke rumah sakit
terdekat. Rumah sakit terdekat dipasar itu kira-kira sejauh 5 km. Ketika dalam
perjalanan menuju rumah sakit didalam ambulan, telepon genggam ibu berdering.
Tetapi semua orang yang ada diambulan itu tidak mendengar. Padahal yang menelpon
itu Risa. Seperti yang dikatakan orang banyak, anak dan ibu itu memiliki ikatan
batin yang sangat kuat. Sama seperti Risa dan ibunya. Risa gelisah dirumah dan
ia memutuskan untuk menelpon ibunya.
Sesampai
di rumah sakit, masuklah ke ruang IGD. Detak jantung ibunya Risa sangat lemah.
Tetangganya tadi mengabari kepada Risa bahwa ibunya pingsan tiba-tiba di pasar
tadi. Bergegaslah Risa menuju ke rumah sakit. Dengan rasa cemas dan sedih Risa
bingung mau pergi menggunakan kendaraan apa. Motor tadi dipakai ibu untuk pergi
kepasar. Akhirnya Risa memutuskan untuk meminjam motor tetangganya. Dengan
kecepatan badai sampailah Risa di rumah sakit. Berlari badai lagi Risa ke ruang
IGD. Ketika sampai di ruang IGD, Risa duduk disamping ibunya dan menggenggam
erat tangan ibunya.
“ibuuu sadar bu” ucap Risa sambil
menangis sendiri
“dokter ibu saya kenapa?” Risa
mencoba menanya kepada pak dokter
“Risa detak jantung ibu sangat lemah
sekali. Ada syarat yang harus dipersetujui untuk mengembalikan detak jantung
ibu Risa normal kembali. Apakah ada ayah Risa datang kemari?” ujar pak dokter
“lakukan saja pak dokter. Ayah Risa
lagi menuju kesini pak” air mata Risa keluar
Risa
tidak mau kejadian itu terulang kembali. Ia tidak mau kehilangan orang yang
sangat amat ia sayang. Ketika ayahnya menuju rumah sakit, dekat jantung ibu
sangat drastis menurun lagi. Tutur doa selalu Risa ucapkan dan air mata yang
tak terbendung keluar dari mata manisnya itu.
“ibuuuuuuuuuuuuuuuuu Risa sayang ibu.
Risa tidak mau kehilangan ibu. Siapa yang mengurus Risa nanti buuu. Risa mohon
sadarlah wahai bidadari cantikku” teriak Risa
“Risa cepat telepon ayahmu supaya cepat
datang. Agar kita bisa lebih cepat bertindak” ucap pak dokter
Belum
sampai ayah Risa di rumah sakit, Ibu Risa menghembuskan nafas terakhirnya dan genggaman
tangan halus Risa. Teriak tangis Risa menggelegar di ruang itu. Air mata yang
tak terbendung. Semua orang menangis. Ibunya yang dikenal baik hati, cantik,
ramah dan sangat taat kepada agama membuat ia dikenal banyak kalangan. Risa
sangat menyesal. Tidak tau apa yang ia sesalkan.
“innalillahiwainnailairojiun
Ibuuuuuuuuuuu! Risa sayang ibu, Risa tidak takut dengan kunang-kunang lagi bu
Risa janji buuu. Sadarlah lagi bu kumohon yaTuhan. Risa tidak mau jauh dari
ibu. Siapa yang membuat Risa tertawa lagi” tangisan yang sangat besar oleh Risa
“sudah Risa sabar semua itu adalah
takdir. Kita tidak bisa menghentikan takdir. Doakan ibumu semoga amal ibadahnya
diterima dan ditempatkan disisi-Nya yang terbaik” ucap pak dokter
Tak henti Risa menangis di rumah
sakit sampai ayahnya sampai di rumah sakit. Rupanya tadi ayahnya terkena macet
di perjalanan. Ayahnya sangat menyesal sekali. Ia meminta maaf kepada Risa yang
sedang menangis. Memang malam harinya kemaren, Risa terulang dihampiri
kunang-kunang kembali. Tetapi Risa selalu teringat kata ibu kemaren jangan
pernah takut dengan kunang-kunang hewan kecil cantik itu. Dan Risa berhasil
tidak takut dengan binatang itu.
*
Setelah
pulang dari penguburan ibunya, Risa mengambil diary kesayangannya dan ia
menulis ‘dear ibu, bu Risa harap ibu selalu disamping Risa. i love u bu. Risa
tak akan pernah melupakan ibu. Tiap detik Risa pasti mengingat ibu. Risa
berjanji akan membanggakan ibu. Risa sekarang sadar kalau kunang-kunang itu
memang mitos bu. Kunang-kunang itu menghampiri Risa’. Dari itulah Risa belajar
bahwa semua yang terjadi itu adalah takdir yang Maha Kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar